Kata
Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Karena
berkat rahmat dan petunjuk-Nyalah, dapat dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul:
“ MOTIVASI “
Tidak lupa juga saya
ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan semua teman-teman yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami telah berusaha
dengan segenap kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki sehingga makalah ini
dapat diselesaikan. Akan tetapi, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, agar di lain
kesempatan kami dapat memperbaiki kekurangan- kekurangan yang ada.
Akhirnya, semoga dengan
membaca makalah ini, sedikit banyaknya akan menambah pengetahuan kita.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Malang, 25 Maret
2015
A. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata lain “MOVERE” yang berarti dorongan atau daya
penggerak. Michel J. Jucius menyebutkan motivasi sebagai kegiatan memberikan
dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang
dikehendaki.
Menurut Dadi Permadi, motivasi adalah dorongan dari dalam untuk berbuat
sesuatu, baik yang positif maupun yang negatif.
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto, apa saja yang diperbuat manusia, yang
penting maupun kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung
resiko, selalu ada motivasinya. Ini berarti, apa pun tindakan yang dilakukan
seseorang selalu ada motif tertentu sebagai dorongan ia melakukan tindakannya
itu.
Bertentangan dengan Purwanto, Nasution membedakan antara motif dan
motivasi. Motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu, sedangkan motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi,
sehingga orang itu mau atau ingin melakukannya.
Berdasarkan deskripsi di atas, motivasi adalah keadaan individu yang
terangsang yang terjadi jika suatu motif telah dihubungkan dengan suatu
pengharapan yang sesuai. Sedangkan motif adalah segala daya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif tidak dapat dilihat begitu saja dari
perilaku seseorang karena motif tidak selalu seperti yang tampak, bahkan
kadang-kadang berlawanan dari yang tampak.
Tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi dan dirangsang oleh keinginan,
kebutuhan, tujuan dan kepuasannya. Baik yang bersumber dari dalam (internal),
maupun dari luar (eksternal). Jadi, setiap kegiatan yang dilakukan individu
selalu ada motivasinya.
B. Model
Umum Motivasi
Model umum motivasi mempunyai empat macam
komponen, yaitu :
1.
Pembangkit tekanan ( tension arousal )
2.
Tindakan ( action )
3.
Sebuah perangsang ( an incentive )
4.
Pengurangan tekanan ( tension reduction )
Keterangan :
Seorang individu merasakan
adanya tegangan yang timbul karena ada kebutuhan yang belum terpenuhi. Kemudian
ia melakukan tindakan tertentu yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Tindakannya itu diarahkan kepada suatu sasaran atau perangsang yang
dianggapnya mampu memenuhi kebutuhanya tersebut. Dan bila ia mendapatkan
perangsang (insentif) itu maka akan terjadi pengurangan tegangan atau tekanan
dalam dirinya.
Dari model diatas, motivasi
dapat dianggap sebagai suatu proses homeostatik. Motivasi merupakan suatu
mekanisme kontrol seperti proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang
mempertahankan keadaan yang seimbang dalam tubuh tersebut.
Saat kadar glukosa dalam darah
berkurang, hati akan dirangsang oleh insulin untuk mengubah glikogen menjadi glukosa agar dapat
digunakan sebagai tenaga untuk kontraksi otot.
Dengan proses yang sama,
apabila seseorang yang mula-mula semua kebutuhannya terpenuhi dipindahkan pada
keadaan di mana ada kebutuhan yang belum terpenuhi, ia akan melakukan tindakan
untuk mengembalikan dirinya hingga situasi yang sebelumnya atau pada tingkat
keseimbangan yang lebih diinginkan di mana terdapat imbangan yang memuaskan
antara yang diperlukan dan yang dimilikinya.
C. Teori
Motivasi
Ada lima
teori motivasi kontemporer, yaitu :
1.
Teori kebutuhan (Need Theory), terdiri dari :
a. Teori Hierarki Kebutuhan
Teori motivasi yang
dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa
manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
1) Kebutuhan fisiologikal (physiological
needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex
2) Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak
dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual
3) Kebutuhan akan kasih sayang (love needs)
4) Kebutuhan akan harga diri (esteem needs),
yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status
5)
Aktualisasi
diri (self actualization), setiap orang memiliki potensi-potensi tertentu dan
biasanya potensi tersebut cenderung ditransformasikan hingga tercapai prestasi
melalui perilaku yang tepat. Menurut Maslow, ”What a man can be, he
must be.”
Secara analogi,
istilah “hierarki” berarti anak tangga. Saat kita menaiki suatu tangga, kita
akan mulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika
konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti
seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua (dalam hal ini
rasa aman) sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan
terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasannya sebelum seseorang
merasa aman, demikian pula seterusnya.
Namun
pemuasan kebutuhan dengan urutan yang telah dikemukakan bukanlah suatu kejadian
tunggal yang unik. Justru ia bersifat siklis. Seseorang yang kebutuhan
pangannya telah terpenuhi, akan berusaha memenuhi kebutuhannya akan rasa aman.
Tetapi pada akhirnya, ia akan merasa lapar lagi yang mengingatkannya pada
kebutuhan pangan.
Selain itu
ada juga orang yang makan karena lapar, tetapi ia sekaligus dapat memenuhi
kebutuhannya akan kasih sayang atau sosial dengan makan bersama sekelompok
orang. Dalam hal ini, walaupun secara teori berbagai kebutuhan telah
didiferensiasikan, perilaku nyata menunjukkan adanya lebih dari satu macam
kebutuhan.
- Teori ERG
Teori ERG dikembangkan oleh
Clayton Alderfer. ERG merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu :
E = Existence (kebutuhan akan
eksistensi),
R = Relatedness (kebutuhan
untuk berhubungan dengan pihak lain, dan
G = Growth (kebutuhan akan
pertumbuhan).
Alderfer menekankan bahwa
berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak.
Pada teori ERG :
ψ Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan
tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya
ψ Apabila kebutuhan yang lebih rendah telah
dipuaskan maka keinginan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi semakin
kuat.
ψ Sebaliknya, semakin sulit memuaskan
kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuaskan
kebutuhan yang lebih mendasar.
Tampaknya pandangan ini
didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya,
seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan
antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.
- Teori Tiga Kebutuhan
Teori yang dikembangkan oleh
Atkinson dan David McClelland ini meliputi :
1)
Achievement Motive
(nAch): Motif untuk berprestasi
2)
Affiliation Motive (nAff): Motif untuk bersahabat.
3)
Power Motive (nPow) : Motif untuk berkuasa
- Teori Dua
Faktor
Teori yang dikembangkan
Frederich Herzberg sebagai Model Dua Faktor dari motivasi terdiri dari :
1) Faktor Motivasional
Faktor
motivasional merupakan hal-hal yang mendorong untuk berprestasi dan dorongan
tersebut bersifat intrinsik atau bersumber dari dalam diri seseorang. Yang
tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang,
keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan
pengakuan orang lain.
2) Faktor Hygiene (pemeliharaan)
Faktor
hygiene merupakan faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik, artinya bersumber
dari luar diri seseorang yang turut menentukan perilaku dalam kehidupan oragn
tersebut.
Faktor-faktor hygiene mencakup
antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan
atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, gaji atau upah
yang layak, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi dan
kondisi pekerjaan.
2. Teori penetapan tujuan (Goal Setting
Theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat
macam mekanisme motivasional yakni :
a. Tujuan-tujuan mengarahkan perhatian
b. Tujuan-tujuan mengatur upaya
c. Tujuan-tujuan meningkatkan persistensi
d. Tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi
dan rencana-rencana kegiatan.
3. Teori Penguatan (Reinforcement Theory)
Pemikiran B.F. Skinner mengenai teori ini didasarkan
atas “hukum pengaruh”, dimana manusia cenderung untuk mengulangi tindakan yang
mempunyai konsekuensi yang menguntungkan dirinya dan mengelak dari tindakan
yang mengakibatkan konsekuensi yang merugikan.
Sebagai contoh, ada seekor burung dara yang lapar. jika
ia mematuk-matuk lingkungan sekitarnya, ia akan mendapatkan imbalan, dalam arti
bahwa burung dara tersebut mendapatkan makanannya. Akhirnya setiap kali ia
lapar, ia akan selalu mematuk lingkungan sekitarnya.
Sebaliknya jika burung dara tersebut hanya berdiam diri
menunggu makanan datang, besar kemungkinan tidak akan ada makanan yang datang
padanya (tidak ada imbalan) dan lama-lama tubuhnya semakin lemah. Hal tersebut
tentu merugikan dirinya sendiri. Hingga
akhirnya ia akan berusaha mematuk lingkungan sekitarnya agar mendapatkan
makanan. Tindakan tersebut dianggap “diperkuat” (Reinforced) dan burung
dara tersebut belajar untuk membedakan antara perilaku yang mendapat imbalan
dan perilaku yang tidak mendapat imbalan (merugikan).
4. Teori Keadilan (Equity Theory)
Teori hasil pemikiran S. Adams
ini berpandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara
usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima.
Sebagai ilustrasi, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa gaji yang
diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
ψ
Seorang akan berusaha memperoleh gaji/imbalan yang
lebih besar, atau
ψ
Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam
melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan
empat hal sebagai pembanding, yaitu :
ψ
Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya
layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan,
keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya
ψ
Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi
yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan
sendiri
ψ
Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi
lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis
ψ
Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai
jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai
Apabila sampai terjadi perspektif ketidakadilan maka
akan timbul berbagai dampak negatif, seperti ketidakpuasan, sering terjadinya
kecelakaan dalam penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat kesalahan
dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan
pegawai ke organisasi lain.
5. Teori Pengharapan (Expectancy Theory)
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work
And Motivation” menyatakan teori harapan yang berkata bahwa jika seseorang
menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang
bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu.
Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis,
motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
Selain lima teori kontemporer diatas, masih banyak
lagi teori-teori motivasi. Diantaranya yaitu :
1.
Teori-teori Behavioral :
a. Clark Hull, mengemukakan Drive Reduction
Theory pada tahun 1943, yang menyatakan bahwa yang terpenting dan menempati
posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia adalah kebutuhan biologis dan
pemuasan kebutuhan biologis. Suatu kebutuhan biologis pada makhluk hidup
menghasilkan suatu dorongan (drive) untuk melakukan aktivitas memenuhi
kebutuhan tersebut, sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa makhluk hidup ini
akan melakukan respon berupa reduksi kebutuhan (need reduction response).
b. Pada periode 1935 - 1960, Kurt Lewin
mengajukan Field Theory yang dipengaruhi oleh prinsip dasar psikologi
Gestalt. Lewin menyatakan bahwa perilaku ditentukan baik oleh manusia maupun
oleh lingkungan. Menurut Lewin, besar gaya motivasional pada seseorang untuk
mencapai suatu tujuan yang sesuai dengan lingkungannya ditentukan oleh tiga
faktor:
1) Tension atau besar kecilnya kebutuhan
2) Valensi atau sifat objek tujuan
3) Jarak psikologis orang tersebut dari
tujuan. Semakin dekat
seseorang dengan tujuannya, semakin besar gaya motivasinya. Sebagai contoh,
seorang pelari yang sudah kelelahan melakukan sprint ketika ia melihat atau
mendekati garis finish, semangatnya muncul lagi untuk lebih cepat berlari.
2.
Teori-teori Cognitive :
Pada tahun 1957 Leon Festinger
mengajukan Cognitive Dissonance Theory. Istilah tersebut berhubungan
dengan persepsi serta evaluasi (kognisi) dua unit informasi atau lebih yang
bertentangan atau tidak bersifat harmonis (disonan). Jika terdapat
ketidakcocokan antar unit informasi tersebut maka kita akan bereaksi untuk
menyelesaikan konflik dan ketidakcocokan ini.
3.
Teori-teori Psychoanalytic
a. Salah satu teori yang sangat terkenal
dalam kelompok teori ini adalah Psychoanalytic Theory atau Psychosexual
Theory yang dikemukakan oleh Freud (1856 - 1939). Model tentang motivasi
menurut Freud terdiri dari tiga bagian :
1) ID yaitu dorongan-dorongan yang tak
terkendali
2) Ego yaitu prinsip realitas yang
mempengaruhi dorongan-dorongan tersebut dalam pengalaman hidup yang nyata
3) Superego (hati nurani) yaitu yang
mengendalikan kedua macam mekanisme tersebut
Freud menitikberatkan teorinya
pada persoalan seks yang kemudian dimodifikasi oleh para pengikutnya.
b. Erik Erikson yang merupakan murid Freud
menentang pendapat Freud. Erik
menyatakan dalam Theory of Socioemotional Development atau Psychosocial
Theory bahwa yang paling mendorong perilaku manusia dan pengembangan
pribadi adalah interaksi sosial.
4.
Teori-teori Social Learning
Social
Learning Theory (1954)
yang diajukan oleh Julian Rotter menaruh perhatian pada apa yang dipilih
seseorang ketika dihadapkan pada sejumlah alternatif bagaimana akan bertindak.
Untuk menjelaskan pilihan, atau arah tindakan, Rotter mencoba menggabungkan dua
pendekatan utama dalam psikologi, yaitu pendekatan stimulus-response
atau reinforcement dan pendekatan
cognitive atau field. Menurut Rotter, motivasi merupakan fungsi dari harapan dan nilai reinforcement.
5.
Teori Social Cognition
Tokoh dari
Social Cognition Theory adalah Albert Bandura. Melalui berbagai
eksperimen, Bandura dapat menunjukkan bahwa penerapan konsekuensi tidak
diperlukan agar pembelajaran terjadi. Pembelajaran dapat terjadi melalui proses sederhana dengan mengamati
aktivitas orang lain. Bandura menyimpulkan penemuannya dalam pola empat langkah
yang mengkombinasikan pandangan kognitif dan pandangan belajar operan, yaitu:
a. Attention, memperhatikan dari lingkungan
b. Retention, mengingat apa yang pernah dilihat atau diperoleh
c. Reproduction, melakukan sesuatu dengan cara meniru dari apa
yang dilihat
d. Motivation, lingkungan memberikan konsekuensi yang mengubah
kemungkinan perilaku yang akan muncul lagi (reinforcement and punishment).
6.
Teori Curiosity Berlyne
Pada tahun
1960 Berlyne mengemukakan sebuah Teori tentang Curiosity atau rasa ingin
tahu. Menurut Berlyne,
ketidakpastian muncul ketika kita mengalami sesuatu yang baru, mengejutkan,
tidak layak, atau kompleks. Ini
akan menimbulkan rangsangan yang tinggi dalam sistem syaraf pusat kita. Respon manusia ketika menghadapi suatu
ketidakpastian inilah yang disebut dengan curiosity atau rasa ingin
tahu. Curiosity akan mengarahkan manusia kepada perilaku yang berusaha
mengurangi ketidakpastian.
D. Jenis Motivasi
Motivasi dapat diklasifikasikan menjadi
dua:
1. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi
internal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri, seperti
sistem nilai yang dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara
internal melekat pada seseorang
2. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi
eksternal yang muncul dari luar diri pribadi seseorang, seperti kondisi
lingkungan kelas-sekolah, adanya ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena
merasa takut oleh hukuman (punishment) merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi motivasi)
E. Indikator Motivasi
Abin Syamsuddin Makmun mengemukakan bahwa
untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator,
diantaranya:
1. Durasi kegiatan
2. Frekuensi kegiatan
3. Persistensi atau ketekunan pada kegiatan
4. Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam
mengahadapi rintangan dan kesulitan
5. Devosi atau kesetiaan dan pengorbanan
untuk mencapai tujuan
6. Tingkat aspirasi atau cita-cita yang
hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan
7. Tingkat kualifikasi prestasi atau produk
(out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan
8. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
F. Kesimpulan
Motivasi
adalah keadaan individu yang terangsang yang terjadi jika suatu motif telah
dihubungkan dengan suatu pengharapan yang sesuai. Sedangkan motif adalah segala
daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif tidak dapat
dilihat begitu saja dari perilaku seseorang karena motif tidak selalu seperti
yang tampak, bahkan kadang-kadang berlawanan dari yang tampak. Dari
tujuan-tujuan yang tidak selalu disadari ini, kita dipaksa menghadapi seluruh
persoalan motivasi yang tidak disadari itu. Karena teori motivasi yang sehat
tidak membenarkan pengabaian terhadap kehidupan tidak sadar.
Dari
banyaknya pandangan yang berbeda mengenai motivasi yang mungkin dikarenakan
oleh penggunaan metode observasi yang berbeda-beda, studi tentang berbagai
kelompok usia dan jenis kelamin yang berbeda, dan sebagainya, terdapat model
tentang motivasi yang digeneralisasi yang mempersatukan berbagai teori yang
ada.
Ada macam-macam motivasi dalam
satu perilaku. Suatu perbuatan atau keinginan yang disadari dan hanya mempunyai
satu motivasi bukanlah hal yang biasa, tetapi tidak biasa. Karena suatu
keinginan yang disadari atau perilaku yang bermotivasi dapat berfungsi sebagai
penyalur untuk tujuan-tujuan lainnya.
Apabila dapat terjadi
keseimbangan, hal tersebut mencerminkan ”hasil pekerjaan” seseorang yang
berhadapan dengan potensinya untuk perilaku, yang dapat diidentifikasi sebagai
”kemampuannya”. Jadi, motivasi memegang peranan sebagai perantara untuk
mentransformasikan kemampuan menjadi hasil pekerjaan.
Daftar
Pustaka
ψ Maslow, Abraham
H. 1984. Motivasi dan Kepribadian. Jakarta : PT. Gramedia
ψ Winardi. 1980. Management
Personalia. Bandung : Sinar Baru